3.27.2011

Udara, Air dan Makanan sebagai Sumber Penyakit

Udara, air dan makanan sekeliling kita semakin tercemar, alhasil disitulah sumber penyakit yang banyak menyerang tubuh kita. Maka kenalilah sumber penyakit yang berasal dari udara, air dan makanan.
Udara
Oksigen yang kita hirup dari udara ternyata semakin tercemar, mulai dari asap kendaraan, asap rokok dan asap pabrik - pabrik industri. Pertumbuhan pesat manusia menyebabkan semakin banyaknya pencemaran udara kota. Oksigen yang tercemar akan meningkatkan oksigen radikal hidroksil yang berperan aktif dalam kanker, jantung dan paru - paru serta ikut meningkatkan angka kemadian yang berkaitan dengan penyakit tersebut.
Air
Air kita semakin banyak yang tercemar dan memiliki kandungan toksin yang merupakan oksidator berbahaya. Limbah industri yang mengandung logam berat, toksin organik, minyak dan sebagainya mengurangi kandungan oksigen dalam air. Resapan bahan kimia juga mencemari air bawah tanah.
 Penggunaan pupuk dan pestisida kimia berlebihan lambat laun juga mencemari air sekitar kita. Para ahli telah menemukan sebanyak lebih dari 2221 jenis oksidator organik pada air dan 109 jenis diantaranya sebagai penyeba utama kanker dan jantung. Tanpa sadar kita telah banyak memaksukkan oksidator berahaya setiap hari melalui air minum.
Makanan
Buah dan sayur yang kita makan selama ini tanpa sadar lebih dari 80%-nya disemprot dengan bahan kimia beracun (pestisida kimia). Bayangkan sudah berapa puluh tahun kebijakan pertanian organik di Indonesia belum menemukan hasil berarti untuk menekan penggunaan pestisida kimia ini. Begitu juga dengan ternak dan unggas yang makanannya dicampur dengan bahan kimiawi.
Kita juga banyak makan dan minuman yang mengandung bahan pengawet dan pewarna makanan yang terbuat dari bahan kimia buatan.
Begitu pula ketika kita sakit, selalu disuguhi obat kimia buatan yang bermanfaat pada organ yang satu dan merusak organ yang lain dari tubuh kita. Tanpa sadar kita juga mengkonsumsi obat - obatan kimiawi yang menyelesaikan masalah dengan membuat masalah baru.

No comments:

Post a Comment